Tujuan utama seks secara biologis adalah meneruskan kehidupan. Namun, bayi cenderung mempunyai efek yang mendalam pada kehidupan cinta/seks sebuah pasangan -- bahkan dimulai beberapa bulan sebelum ia lahir sehingga beberapa orang berpendapat bahwa kehamilan adalah awal dari berakhirnya kehidupan seks.
Yah, tidak seburuk itu. Itu hanya berarti bahwa ketika bayi berada di dalam rahim, segala sesuatunya pasti berubah. Anda hanya harus berusaha sedikit lebih keras untuk meluangkan tempat bagi seks di kehidupan Anda, seperti halnya Anda belajar untuk meluangkan tempat bagi bayi tersebut.
Perubahan-perubahan ini sering muncul selama kehamilan. Biasanya, ini dimulai ketika seorang wanita merasa lelah, mual, tubuhnya dikejutkan dengan gejolak-gejolak hormon -- serta mulai kehilangan gairah seks. Sementara itu, suaminya cenderung selalu bugar. Dalam suatu penelitian di tahun 1991 terhadap pasangan-pasangan Swedia, 40% dari wanita mengatakan bahwa mereka mengalami penurunan gairah seksual selama kehamilan selama semester pertama dan kedua kehamilan mereka. Sebaliknya, hanya 9% dari para suami yang melaporkan hilangnya gairah seksual selama semester pertama dan hanya 17% selama semester kedua. Masa ini merupakan masa yang rawan dengan konflik.
"Komunikasi adalah hal utama untuk memadamkan rasa marah dan sakit hati dan menumbuhkan pengertian, kehangatan, serta dukungan selama saat-saat yang sukar tersebut," demikian kata Susan Hetherington, Dr. P.H, seorang bidan psikiatris and professor bersertifikat pada Department of Psychiatric and Community Nursing, University of Maryland School of Nursing di Baltimore. Anda harus tetap saling berkomunikasi -- saling menyentuh, berpelukan dan bermesraan. "Pasangan seharusnya tidak melupakan bahwa persetubuhan bukan satunya cara untuk berhubungan seksual," demikian katanya. "
Memijat, menyentuh, seks oral dan masturbasi, seharusnya dipertimbangkan, dan diterima sebagai bagian dari kehidupan seksual Anda.
Untungnya, alam tampaknya memberikan keseimbangan pada semester ketiga. Pada suatu penelitian di Swedia, baik para wanita maupun para laki-laki (masing-masing 75% dan 64%) melaporkan hilangnnya gairah seksual mereka pada masa-masa akhir kehamilan. Penelitian-penelitian lain melaporkan adanya pola perubahan yang sangat berbeda pada dorongan seksual seorang wanita (atau seorang laki-laki) selama kehamilan. Pada kenyataannya, banyak wanita yang menyatakan bahwa seks selama kehamilan adalah seks ternikmat di dalam hidup mereka -- paling tidak sebagian alasannya adalah karena pada saat tersebut mereka tidak perlu khawatir untuk menjadi hamil.
TERUSKAN, DAN NIKMATILAH!
Mungkinkah berhubungan seksual selama kehamilan dapat membahayakan bayi?
" Jika tidak ada masalah-masalah dalam kehamilan, tidak ada alasan sama sekalai bagi pasangan-pasangan untuk tidak berhubungan seksual, bahkan hingga akhir semester ketiga," demikian kata Dr. Hetherington. "Bagaimanapun, kehamilan bukan penyakit, itu suatu peristiwa normal dan tidak ada bukti bahwa persetubuh dapat membahayakan si janin."
Penelitian-penelitian telah membandingkan bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita yang tetap berhubungan seksual selama kehamilan dengan bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita yang berhenti berhubungan seksual dalam jangka waktu tertentu -- dan tidak ada perbedaan yang berarti yang dapat ditemukan, dipandang dari kesehatan bayi, demikian menurut June Reinisch, Ph.D., direktur Kinsey Institute. Walaupun suatu penelitian di akhir tahun 1970-an menunjukkan bahwa persetubuhan yang dilakukan di akhir kehamilan dapat meningkatkan resiko infeksi air ketuban dan plasenta, namun penelitian itu sangat diragukan kebenarannya, demikian kata Dr. Hetherington.
Pada kenyataannya, pada beberapa masyarakat, orgasme pada wanita (yang memicu lepasnya oksitosin yaitu suatu hormon yang menstimulasi kontraksi rahim) digunakan untuk membantu mengawali kelahiran. Ketika seorang wanita telah cukup tua kehamilannya, dan siap melahirkan, bidan cukup meninggalkan wanita itu sendirian dengan pasangannya dan mereka akan berhubungan seksual, sebagai tindakan awal yang manis untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua. (Namun wanita yang pernah melahirkan prematur biasanya disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual pada fase akhir kehamilan karena seks dapat memicu kelahiran prematur).
Namun ada saat-saat di mana Anda seharusnya tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Jika terdapat pendarahan atau rasa sakit pada vagina atau air ketuban bocor. Anda harus berhenti melakukan hubungan seksual untuk sementara dan memeriksakan diri ke dokter Anda secepatnya, demikian kata Dr. hetherington. Kebocoran tersebut berarti selaput wanita Anda pecah dan bahwa kelahiran sudah dekat. Ini juga berarti bahwa pelindung yang melindungi bayi tersebut mungkin juga pecah yang menyebabkannya mudah terkena infeksi.
BAGAIMANA DENGAN KONDOM?
Pasangan kadang-kadang khawatir bahwa hubungan seksual dapat meningkatkan resiko infeksi penyakit kelamin menular (STD) pada janin. Seorang wanita hamil seharusnya jangan melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang dia ketahui atau bahkan dia curigai telah terinfeksi penyakit kelamin menular seperti sifilis, gonorea, herpes, kutil genital atau (tentu saja) AIDS. Jika ibu terinfeksi akan menimbulkan efek-efek tragis pada bayinya -- meskipun jika gejala-gejala yang diderita sang ibu relatif ringan.
"Namun jika sebuah pasangan sama-sama monogami, dan keduanya bebas dari penyakit, sama sekali tidak ada alasan untuk khawatir," demikian kata Dr. Hetherington. Beberapa dokter biasa menyarankan untuk menggunakan kondom selama kehamilan, sebagai pencegahan terhadap penyakit kelamin menular, namun hal tersebut terlalu berlebihan, demikian katanya. Semua wanita hamil yang mendapatkan perawatan yang memadai sebelum kelahiran akan mendapat pemeriksaan sifilis, gonorea dan penyakit kelamin menular lainnya (sering dilakukan pemeriksaan dua kali).
PASCA KELAHIRAN BAYI
Setelah bayi lahir, pasangan biasanya dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual hingga enam minggu pemeriksaan medis. Namun, banyak orang yang tidak mengindahkan saran ini -- penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa 40% hingga 60% pasangan tidak mau menunggu selama itu untuk mulai bercinta lagi. Seberapa lamakah waktu yang cukup aman untuk mulai berhubungan seksual setelah melahirkan?
"Jika si ibu tidak menjalani episiotomi (operasi pelebaran vagina) atau operasi Cesar, tidak masalah untuk memulai aktivitas seksual sesegera mungkin setelah melahirkan, meskipun akan terdapat sejumlah cairan vagina yang keluar selama kurang lebih 1 minggu. Hal tersebut sangat bervariasi dan hal tersebut sangat tergantung kepada pasangan untuk memutuskan," demikian kata Dr. Hetherington.
"Jika terjadi operasi Cesar, wanita bisa berhubungan seksual kembali dalam waktu satu atau dua minggu. Secara teoritis, episiotomi akan sembuh dalam waktu tiga minggu, namun saya mendapati bahwa wanita masih merasa sakit saat berhubungan seksual setelah empat bulan." Pada kenyataannya, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa setahun setelah melahirkan, 16% wanita yang melahirkan lewat vagina dan menjalani episiotomi masih sakit saat persetubuhan.
Wanita yang menyusui juga sering mengeluh karena persetubuhan menjadi menyakitkan. Alasannya: Menyusui mengurangi tingkat estrogen dalam tubuh yang berfungsi menstimulasi lubrikasi vagina. Hal tersebut menyebabkan vagina kering dan sensitif terhadap sentuhan. Situasi ini akan membaik begitu bayi disapih.
KEMBALI KE DASAR
Untuk tahap-tahap awal hubungan seksual, perlu dilakukan dengan pelan dan lembut dan gunakan banyak pelumas. Lakukan lubrikasi pada vagina dan penis dengan Gel yang steril dan yang larut dalam air, seperti jelly K-Y, untuk memudahkan penetrasi penis. Juga sangat berguna jika si pria dengan lembut dan pelan menelusuri vagina dengan jarinya sebelum melakukan penetrasi penis karena hal tersebut membantu menjadikan rileks otot-otot vagina pasangannya dan untuk meningkatkan stimulasi seksual yang akan menenangkan kecemasan pasangannya akan rasa sakit.
Satu hal lagi: Jangan lupa menggunakan alat kontrasepsi apa saja kecuali jika Anda menginginkan anak-anak Anda hanya berbeda sembilan bulan. Tidak benar bahwa seorang wanita yang menyusui tidak dapat hamil. Menyusui memang menghalangi ovulasi yang membuat wanita tersebut tidak begitu subur.
Namun sesaat setelah wanita tersebut berhenti menyusui (kadang-kadang memberikan susu botol kepada bayi), ovulasi akan mulai lagi, demikian Dr. Hetherington menerangkan. Masalahnya Anda tidak pernah tahu kapan ovulasi pertama terjadi -- karena menunggu menstruasi tidak akan berhasil karena mungkin Anda menjadi hamil dan tidak pernah menstruasi lagi).
Juga penting untuk mengingat bahwa jika si ibu menyusui, pada hakikatnya segala sesuatu yang dia telan, dapat ditelan juga oleh bayinya lewat air susunya. Itulah sebabnya mengapa kontrasepsi-kontrasepsi oral tidak disarankan bagi wanita yang menyusui. (Satu perkecualian: pil kecil yang hanya mengandung progestin dianggap aman, demikian kata Dr. Hetherington). Biasanya, metode-metode pelindung seperti kondom dengan busa spermida atau alat kontrasepsi IUD disarankan pemakaiannya.
TAHUN PERTAMA
Banyak pasangan yang tidak menyadari bahwa frekuensi hubungan seksual mereka cenderung tetap sangat kurang selama kurang lebih satu tahun setelah bayi lahir. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh University of Maryland terhadap 126 pasangan yang memiliki bayi-bayi yang baru lahir, paling sedikit 60% dari mereka yang melaporkan bahwa mereka "jarang" atau "tidak begitu sering" berhubungan seksual ketika diwawancarai setahun setelah kelahiran bayi.
"Masalah terbesar adalah kelelaham dan ketidaknyamanan," demikian kata Dr. Hetherington, "Namun jika pasangan dapat meluangkan tempat bagi seks di kehidupan mereka -- jika mereka berusaha keras untuk meluangkan waktu untuk berdua saja pada saat mereka tidak lelah, tegang dan tidak nyaman -- maka masalah-masalah tersebut akan dapat terselesaikan."
Sangat berguna untuk menggunakan imajinasi Anda, dan jangan memusatkan diri terlalu khusus kepada persetubuhan, demikian katanya. Sentuhan, ciuman, dekapan, belaian -- terdapat banyak cara yang menyenangkan untuk berkomunikasi secara intim, tanpa persetubuhan. Anda juga dapat belajar menggabungkan masturbasi kedalam skenario seksual secara keseluruhan -- sang wanita melakukan masturbasi di depan pasangannya, secara oral atau dengan tangan, jika persetubuhan terlalu menyakitkan bagi si ibu. "Banyak pasangan yang merasa risih melakukan masturbasi, namun mereka perlu membujuk diri mereka sendiri untuk melakukannya," demikian kata Dr. Hetherington. "Masturbasi merupakan metode yang penting dan berguna dalam mendapatkan kepuasan seksual dan hanya merupakan bentuk lain dari aktivitas seksual."
Mengenai kelelahan, terdapat beberapa solusi. Aturlah prioritas-prioritas Anda dan perhatikan apakah Anda bisa mendapatkan bantuan untuk membantu pekerjaan di rumah. Si pria perlu belajar membantu pekerjaan di rumah sebanyak yang dia mampu dan pasangannya belajar untuk tidak mengkritiknya jika si pria tidak mengerjakan hal-hal yang sesuai dengan kebiasaannya.
Dan Anda berdua harus mempertimbangkan untuk bercinta setelah tidur malam yang nyenyak, dan bukan sebelumnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar